Jumat, Maret 07, 2014

The First 2D Animation from Indonesia, Battle Of Surabaya

Dengan sebuah kebanggaan, keluarga besar STMIK Amikom Yogyakarta mempersembahkan maha karya melalui salah satu badan usaha nya, yaitu MSV Picture. Dari awal tahun 2013, MSV Picture telah merancang sebuah film animasi 2D dengan label "Animasi pertama dari Indonesia" yang akan segera tampil di layar lebar. Memang patut di akui, film film animasi dunia selalu di dominasi oleh buatan negara-negara Eropa, Amerika bahkan Jepang. Terobosan baru dari MSV Picture tentu nya mengundang decak kagum dari warga Indonesia. Ya, "Battle Of Surabaya" setidaknya membuat kita sebagai warga Indonesia berkeyakinan bahwa negara ini juga mampu bersaing di industri perfilman international.

"Membuat film animasi layar lebar adalah cita-cita Profesor Suyanto, pendiri STMIK Amikom," ujar Emy Ahmad Panawa, Humas MSV Pictures, di ajang Anime Festival Asia, Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (6/9).



Dikatakan Emy, biaya produksi "Battle of Surabaya" berkisar antara US$5-10 juta. Ia menyebut angka itu termasuk standar dalam pembuatan film animasi. Sebagai perbandingan, Emy menyebutkan, film animasi Wind Rises (2013) produksi Studio Ghibli (salah satu studio animasi terkenal di dunia) menelan biaya US$60 juta. Emy sendiri mengakui bahwa gaya gambar "Battle of Surabaya" terinspirasi dari film-film Studio Ghibli. Yang spesial dari film ini, adalah tenaga kerjanya yang 100% orang Indonesia dan sepertiga nya berasal dari fresh grade dan juga mahasiswa aktif STMIK Amikom Yogyakarta. 


Disebutkan juga teaser "Battle of Surabaya" yang beredar di youtube telah disaksikan lebih dari 183.000 pasang mata. Film yang direncanakan tayang pada tanggal 14 April 2014 itu sudah memenangkan INAICTA 2012 kategori Digital Animation, Indigo Fellowship PT Telkom Indonesia 2012, dan terakhir masuk nominasi Appreciation Film of Indonesia dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tahun 2012. Prestasi yang mengagumkan bagi MSV Picture yang baru akan menuliskan tinta emas nya.

Film ini menceritakan petualangan Musa, remaja tukang semir sepatu yang menjadi kurir bagi perjuangan pejuang arek-arek Suroboyo dan TKR dalam peristiwa pertempuran dahsyat 10 November 1945 di Surabaya.


Cerita dibuka dengan visualisasi dahsyat dari pemboman kota Hiroshima oleh Sekutu yang menandakan menyerahnya Jepang. “Indonesia merdeka, itu yang kudengar di RRI, Jepang menyerah !”  kata Musa. Tetapi langit Surabaya kembali merah dengan peristiwa Insiden Bendera dan kedatangan Sekutu yang ditumpangi oleh Belanda. Belum lagi gangguan oleh beberapa kelompok pemuda Kipas Hitam yang dilawan oleh Pemuda Republiken. Residen Sudirman, Gubernur Suryo, Pak Moestopo, Bung Tomo dan tokoh-tokoh lain membangkitkan semangat arek-arek Suroboyo & pemuda Indonesia bangkit melawan penjajahan.


Musa dipercaya sebagai kurir surat dan kode-kode rahasia yang dikombinasikan dengan lagu-lagu keroncong dari Radio Pemberontakan Rakyat Indonesia yang didirikan Bung Tomo. Berbagai peristiwa dilalui Musa sebagai kurir, kehilangan harta dan orang-orang yang dikasihi menjadi konsekuensi tugas mulia tersebut.


Cerita ini merupakan cerita adaptasi dari peristiwa 10 November 1945 Surabaya. Selain tokoh-tokoh nyata, terdapat tokoh fiktif juga sengaja dibuat untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Pesan perang tentang semangat, cinta tanah air, dan perdamaian.


So everyone, There is no glory in war!








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Feel Free to comment here